Identitas Dua Kerangka Manusia di Kwitang Terungkap, KontraS: Jangan Hanya Berhenti di Pengungkapan Identitas

Kondisi gedung ACC di Kwitang pasca kebakaran akhir Agustus lalu. Foto: Istimewa
JAKARTA, 8 November 2025 – Misteri dua kerangka manusia yang ditemukan di gedung ACC, Kwitang, Jakarta Pusat, akhirnya terkuak. Kepolisian memastikan keduanya adalah Reno Syahputra Dewo dan Muhammad Farhan Hamid, dua demonstran yang dilaporkan hilang sejak (29/8) lalu, usai gelombang demonstrasi Agustus yang berujung rusuh.
Kepastian itu disampaikan Kepala Biro Laboratorium Forensik Polri, Kombes Sumy Hastry Purwanti, dalam konferensi pers di Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jumat (7/11). Kata Sumy, proses identifikasi dilakukan melalui uji DNA dan odontologi forensik di Pusdokkes Polri.
“Pengambilan sampel DNA dari tulang, hasil pemeriksaan DNA dan odontology forensic bahwa nomor posmortem 0080 cocok dengan antemortem 002. Sehingga teridentifikasi sebagai Reno Syahputra Dewo, anak biologis dari bapak Muhammad Yasin,” ungkapnya saat konferensi pers.
Ia juga menyampaikan temuan dari kerangka lainnya. “Setelah itu dilakukan pemeriksaan identifikasi primer berupa hasil pemeriksaan DNA dari tulang, nomor posmortem 0081 cocok dengan antemortem 001. Sehingga teridentifikasi sebagai Muhammad Farhan Hamid, anak biologis dari bapak Hamid.”
Komnas HAM Akan Buat Laporan Khusus
Menanggapi hasil identifikasi itu, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyatakan kasus ini menambah daftar korban tewas dalam gelombang demonstrasi sejak Agustus menjadi 11 orang.
Komisioner Pemantauan dan PEnyelidikan Komnas HAM, Saurlin P. Siagian, mengatakan, Komnas HAM akan meminta secara khusus kepada kepolisian seluruh hasil penyelidikan dan pemeriksaan terhadap dua kerangka tersebut. Komnas HAM akan membuat laporan khusus terkait peristiwa ini.
“Jadi kami akan mendapatkan informasi dari kepolisian untuk kami masukkan ke dalam laporan yang akan kami rampungkan di akhir tahun ini,” imbuhnya.
Desakan KontraS
Di sisi lain, Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) mendesak agar pengungkapan identitas korban tidak menjadi titik akhir penyelidikan.
KontraS menilai pernyataan kepolisian yang menyebut Farhan dan Reno sebagai korban pembakaran gedung harus ditindaklanjuti dengan pengungkapan yang menyeluruh hingga pada proses penuntutan yang adil.
“Kepolisan tidak boleh hanya berhenti pada kesimpulan identifikasi korban, tetapi wajib memastikan adanya proses penyelidikan dan penegakan hukum yang transparan, akuntabel, dan berpihak pada keluarga korban,” kata Koordinator KontraS Dimas Bagus Arya kepada Pedeo Project.
KontraS menilai peristiwa serupa berpotensi untuk terus terulang jika aparat negara tidak melakukan evaluasi menyeluruh terkait mekanisme penanganan aksi unjuk rasa. “Kasus Farhan dan Reno menjadi bukti kegagalan negara dalam melindungi warga yang menyuarakan pendapatnya,” imbuh Dimas.
KontraS juga menyampaikan, keluarga Farhan dan Reno saat ini masih berduka. Pihak keluarga berharap negara menjalankan proses hukum yang terbuka dan tidak berpihak, agar keadilan dapat benar-benar ditegakkan.
“Saat ini keluarga sedang berduka atas adanya temuan, yang pasti kepolisian harusnya tidak hanya berhenti pada tahap identifikasi. Tetapi segera mengusut tuntas siapa yang bertanggungjawab,” tegas Dimas kembali.
Dimas memastikan pihaknnya akan terus mengawal proses hukum atas penemuan dua kerangka di Kwitang tersebut, sembari mendorong negara untuk menjamin hak-hak keluarga korban dan melakukan evaluasi terhadap penanganan aksi unjuk rasa di masa mendatang.
















